Sangihe Bangkit! Upaya Kolaboratif Kurangi Ketergantungan Pangan dari Luar Daerah
Tahuna– Sebuah terobosan penting di bidang ketahanan pangan tengah digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Sangihe. Berbeda dengan kebijakan restriktif yang membatasi pasokan, Pemkab Sangihe justru memilih pendekatan yang lebih visioner dan berkelanjutan: mengurangi ketergantungan pada pasokan bahan pokok dari luar daerah dengan memperkuat produksi lokal.

Baca Juga : Forum Konsultasi Publik Dikbud Sangihe Bahas Kelengkapan Dokumen Ijazah
Inisiatif strategis ini diungkapkan oleh Robert, SP, selaku Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Menurutnya, langkah membatasi pasokan dari luar bukanlah opsi yang feasible. Sebaliknya, kekuatan justru terletak pada kemampuan untuk membangun kemandirian pangan dari dalam.
“Sebagai instansi teknis yang setiap harinya memantau dan mendata arus barang, kami menyadari bahwa volume bahan pokok yang masuk melalui Pelabuhan Nusantara Tahuna sangatlah masif. Realitas inilah yang mendorong kami untuk mencari solusi jangka panjang,” papar Robert.
Gerakan “Mahi e Mesuang”: Menanam Hari Ini untuk Kemakmuran Esok
Harapan untuk mencapai kemandirian pangan ini bukanlah wacana semata. Ia dibangun di atas fondasi gerakan nyata di lapangan, yaitu program “Mahi e Mesuang” atau “Mari Menanam”. Gerakan kolaboratif ini menyatukan semangat Dinas Pertanian dengan dukungan penuh dari TNI dan Polri untuk menggerakkan masyarakat menghidupkan kembali lahan-lahan produktif.
“Melalui ‘Mahi e Mesuang’, kami tidak hanya menanam benih di tanah, tetapi juga menanam optimisme di hati masyarakat. Setiap petani, setiap kelompok tani, yang turun ke sawah dan kebun adalah pahlawan yang sedang membangun kedaulatan pangan Sangihe,” tegas Robert.
Data di lapangan mengungkapkan betapa signifikannya ketergantungan ini: sekitar 85% pasokan pangan Sangihe masih berasal dari luar daerah. Angka ini menjadi pemicu sekaligus target utama untuk segera diturunkan.
“Memang, 85% itu angka yang besar. Tapi, keyakinan kami lebih besar. Dengan gerakan menanam yang masif dan berkelanjutan, kami memproyeksikan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, ketergantungan ini akan menurun signifikan,” tambah Robert dengan penuh keyakinan.
Stok Aman, tapi Kemandirian adalah Target Jangka Panjang
Robert juga menegaskan bahwa kondisi stok pangan saat ini dalam keadaan aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, bergantung pada impor dari luar daerah dalam jangka panjang menyimpan kerentanan. Fluktuasi harga, masalah logistik, dan ketidakpastian lainnya bisa mengancam stabilitas pasokan.
“Kami sudah melihat tanda-tanda positif. Belanja dari luar daerah mulai menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah buah awal dari kerja keras dan sinergi dalam program ‘Mahi e Mesuang’,” ujarnya.







