, ,

Pendaftar Membludak, SLB SPK Muhammadiyah Kota Tegal Bongkar Mushala dan Kamar Mandi untuk Kelas

oleh -32 Dilihat

Pendaftar Membludak, SLB SPK Muhammadiyah Kota Tegal Rela Bongkar Mushala dan Kamar Mandi untuk Tambah Ruang Kelas

Tegal – Sekolah Luar Biasa (SLB) SPK Muhammadiyah Kota Tegal terpaksa melakukan pembongkaran mushala dan kamar mandi untuk diubah menjadi ruang kelas baru. Langkah ini diambil menyikapi membludaknya jumlah pendaftar siswa berkebutuhan khusus (ABK) yang mencapai 3 kali lipat dari kapasitas sekolah.

Fakta Lonjakan Pendaftar

  • Tahun 2023: Hanya menerima 25 siswa

  • Tahun 2024: Pendaftar mencapai 78 anak

  • Penyebab:

    • Minimnya SLB negeri di Kota Tegal

    • Reputasi sekolah yang dikenal inklusif

    • Program terapi gratis bagi siswa

Pengorbanan yang Harus Dilakukan

Untuk menampung siswa baru, sekolah mengambil keputusan darurat:
🔨 Mushala sekolah dialihfungsikan menjadi ruang kelas
🚽 2 kamar mandi guru dibongkar untuk ruang terapi
📚 Perpustakaan mini digabung dengan ruang guru

“Ini pilihan berat, tapi kami tidak tega menolak anak-anak yang butuh pendidikan khusus,” ujar Kepala SLB SPK Muhammadiyah, Siti Aminah, S.Pd.

Dampak pada Aktivitas Sekolah

  • Sholat berjamaah dialihkan ke teras sekolah

  • Guru harus antre menggunakan 1 kamar mandi tersisa

  • Siswa terpaksa belajar bergantian (shift pagi-siang)

Upaya Mengatasi Keterbatasan

Sekolah telah melakukan:

  1. Pengajuan bantuan ke Pemkot Tegal dan Dinas Pendidikan

  2. Sedekah bangunan dari wali murid

  3. Kerjasama dengan PKU Muhammadiyah untuk ruang terapi

SLB SPK
SLB SPK

Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Sharp Tanam 5.500 Pohon Mangrove dan Pulihkan Terumbu Karang

Respons Pemkot Tegal

Kadis Pendidikan Kota Tegal, Drs. H. M. Syarifudin, M.Pd:
“Kami apresiasi dedikasi SLB ini. Sedang proses pengajuan bantuan ruang belajar darurat.”

Data Kebutuhan SLB di Tegal

📊 Hanya ada 3 SLB untuk 400+ ABK usia sekolah
🏫 Rasio guru-siswa 1:8 (ideal 1:5)
💸 Biaya terapi swasta Rp150.000-300.000/sesi (tak terjangkau keluarga prasejahtera)

Kisah Haru di Balik Pendaftaran

Seorang wali murid, Ibu Surti (42):
“Anak saya autis ditolak 3 sekolah. Di sini diterima dengan hangat, meski harus belajar di bekas kamar mandi.”

Solusi Jangka Panjang

  1. Pembangunan gedung baru di lahan wakaf Muhammadiyah

  2. Program adopsi kelas oleh perusahaan CSR

  3. Pelatihan guru untuk menangani multi-disabilitas

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.